Home » » BEREBUT CAHAYA SEJUTA PELANGI

BEREBUT CAHAYA SEJUTA PELANGI


BEREBUT CAHAYA SEJUTA PELANGI
Oleh: Mamang M. Haerudin


Judul                           : Pernik Cinta Oki Setiana Dewi: Sejuta Pelangi
Penulis                         : Oki Setiana Dewi
Cetakan                       : Pertama, 2012
Penerbit                       : Mizania, Bandung
Jumlah Halaman          : 294 Halaman


Perempuan, adalah sosok manusia yang sangat dimuliakan Allah Swt, sama seperti laki-laki. Potensi akal pikiran dan hati antara laki-laki dan perempuan, secara setara dan cuma-cuma Allah anugerahkan agar keduanya dapat menemukan makna di balik kisah hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Makanya, Allah Swt menyeru kepada manusia—baik laki-laki maupun perempuan—untuk giat berlomba dalam mendulang kebaikan. Karena bagi siapapun yang hidupnya dipenuhi dengan tabur-tabur kebaikan, maka pahala dan balasan lain dari Allah Swt pasti ada dan tak terkira. Maka, sungguh sangat kufur nikmat, jika ada seseorang--terlebih laki-laki--yang kerap berlaku tak ramah dan keras terhadap perempuan.
            Berkenaan dengan hal di atas adalah satu keterkesanan tersendiri ketika membaca sosok Oki Setiana Dewi melalui buku terbarunya “Pernik Cinta Oki Setiana Dewi: Sejuta Pelangi”, seorang artis pendatang baru yang dikenal publik melalui fillm layar lebar “Ketika Cinta Bertasibih” (KCB). Siapa sangka, jika kisah hidup OSD—begitu publik menyapanya—penuh dengan leliku bahkan terjal yang dahsyat. Dan sungguh sangat mengagumkan jika OSD begitu pandai menulis, selain melalui buku ini, juga lebih awal OSD pernah menulis dengan buku yang berjudul “Melukis Pelangi: Catatan Oki Setiana Dewi” di tahun 2011 yang hingga kini telah dicetak ulang hingga ke VI, dengan label best seller.
            Hadirnya buku ini adalah kelanjutan dari kisah OSD yang berkesatuan dengan buku dia sebelumnya. Jika dalam bukunya yang pertama, OSD bercerita tentang kisah hidup di masa kecil hingga menggapai sukses melalui film KCB, sedangkan di buku yang keduanya ini, OSD lebih banyak mengupas kisah-kisah berupa pengalaman yang pernah ia kunjungi di beberapa banyak tempat. Gelak tawa, derai tangis, desah rindu, gejolak batin, kesemuanya bergemuruh; kadang getir dan kadang syahdu. Dengan gaya bahasa yang sederhana tetapi mendalam, di dalam buku ini OSD betul-betul mengajak kita untuk secara empati dapat ikut merasakan apa yang pernah ia jumpai.
            Buku ini terdiri dari empat bagian utama, yang berisi catatan-catan perjalanan OSD dalam menapaki hangar bingar kehidupan manusia dengan segala jenis karakter yang berragam. Salah satu catatan haru dan menggugah OSD begitu terasa dalam bagian tulisan yang bertajuk “Mutiara di Yayasan Penyandang Cacat”. Di tengah “kesempurnaan” hidup OSD sekarang ini, ternyata masih banyak manusia-manusia yang nasibnya sungguh jauh dari standar; cacat dan menderita. Tak pelak, saat ia berkunjung ke tempat ini dercak haru, cucur air mata, tak tahan ia bendung. Merenungi nasib anak-anak cacat yang ditelantarkan oleh orangtuanya.
            Perempuan cantik kelahiran Batam ini, dalam bukunya tak henti-henti berseloroh penuh syukur dan haru sebagaimana jelas terlihat di setiap penggal kisah yang ia tulis. Karenanya, karya cemerlang OSD ini patut dibaca oleh siapapun, untuk kemudian bisa mengantarkan siapapun pihaknya yang kerap tak pandai bersyukur dan selalu merasakan kekurangan. OSD, melalui perjuangan dan kisah hidupnya patut diapresiasi sebagai perempuan yang berhasil “merebut” sejuta pelangi, untuk kita teladani. Karena, di luar sana masih berjuta-juta pelangi lagi yang kemilau cahaya akan dapat kita rengkuh. Apresiasi untuk OSD diberikan Anies R. Baswedan, Ph. D—Rektor Universitas Paramadina, Jakarta—: “Kisah yang tampak sederhana dalam buku ini, ikut menularkan rasa syukur, optimisme, kerja keras, dan ketulusan. Tak perlu menunggu untuk menjadi ‘seseorang’, karena tiap diri manusia punya potensi besar untuk memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar”. Baca dan aktualisasikan spirit kisah dalam buku ini. Mari berebut cahaya sejuta pelangi!. Demikian.

0 komentar:

Post a Comment