Home » » Antara Menikah Muda dan Dijodohkan?

Antara Menikah Muda dan Dijodohkan?

Antara Menikah Muda dan Dijodohkan?

Indah, ya seindah paras dan kepribadiannya. Itulah kesan saya padanya. Ia adalah teman saya, meskipun ia kakak kelas, satu tingkat di atas saya saat kuliah. Sekali lagi, Indah banyak disenangi banyak teman bukan hanya karena parasnya yang indah, melainkan juga karena kepribadiannya yang mudah bergaul, smart, dan tak diskriminatif dalam bergaul.

Karena itu jugalah, saat ia memutuskan untuk menikah muda, di saat yang sama banyak yang ‘kecewa’, hehe, lantaran sudah ada yang merebut hatinya. Betul, awalnya saya salut padanya, sebab ia berani mengambil keputusan untuk menikah muda. Ia menikah saat masih duduk di semester 6 studi S1. Banyak yang tak menyangka sebelumnya.

Indah, memang bukan orang biasa, ia lahir dalam lingkungan keluarga ‘berdarah merah’. Inilah barang kali yang membuat beberapa teman-temannya, termasuk saya, bahwa salah satu indikator ia mau menikah muda, adalah karena dijodohkan. Tetapi, entahlah, untuk lebih lanjutnya; wallahu’alam.

Dan pada hari itu, digelarlah resepsi pernikahannya; meriah dan mewah. Siapa gerangan lelaki yang beruntung mendapatkan Indah; si jelita itu?, hehe. Yah, memang tak jauh dari dugaan banyak teman jauh-jauh hari. Indah ternyata menikah dengan Shaleh, lelaki ‘bersarung’ yang berdarah sama dengannya; ‘merah’.

Kalau saya taksir usia pernikahannya hingga saat ini, lebih kurang sudah berjalan 4-5 tahunan. Sampai sekarang Indah dan Shaleh masih menyamuderai bahtera itu, meskipun tak jarang ombak-ombak kerap menerjang.

Tetapi entah kenapa, sampai hari ini, Indah dan Shaleh belum dikaruniai momongan. Saya sendiri, tidak banyak tahu apa penyebab dari kenyataan itu. Mungkin saja keduanya belum siap menimang momongan, atau mungkin ada alasan lain yang tak terpikirkan. Padahal di saat yang sama segala fasilitas hidup ada dan melengkapinya. Punya rumah sendiri, motor mobil, usaha, dan lain-lain.

Dari sinilah sebetulnya, saya bisa menimba banyak pelajaran. Terutama saat Indah, terkesan selalu mencurahkan unek-uneknya di jejaring sosial; facebook dan twitter. Saya ingin berikan gambaran unek-unek dan curhatannya, misalkan ia kerap berkicau; sepi dalam keramaian, hanya ingin cari perhatian lebih darimu, masih kaku, masih belum mengerti apa maumu, aku ingin terbang bebas seperti dulu, dan lain sejenisnya.

Berdasarkan kicauannya itu, saya coba mengait-kelindankan dengan kepribadian suaminya yang (dalam kacamata saya); datar, dingin, konservatif, nggak neko-neko, dan karakter lain sejenisnya.

Sahabat saya yang baik, ini hanya salah satu kisah hidup sepasang suami-istri yang saya temui. Saya hanya ingin mencoba menggali hikmah, untuk kemudian dapat dijadikan pegangan bagi kita, baik yang sudah atau belum menikah sekalipun.

Di sini, saya hanya ingin menggarisbawahi saja, bahwa betapa pentingnya membangun komunikasi yang jujur dan terbuka dalam kehidupan suami-istri dalam keluarga. Saya menduga, Indah maupun Shaleh dalam kisah ini, masih ada miskomunikasi, dengan kata lain jalinan komunikasi di antara keduanya masih kaku; belum sampai pada dimensi saling jujur dan terbuka.

Dan kisah ini sekaligus menegaskan bahwa bergelimangnya harta, cantik-tampannya paras dan nasab ‘merah’ seseorang, sama sekali tidak mutlak menjamin keharmonisan. Tetapi akhlak-lah yang bisa menjamin. Akhlak yang dimaksud sekurang-kurangnya adalah soal tadi; kejujuran dan keterbukaan dalam menjalin komunikasi.

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Dan saya ingin berdo’a, mudah-mudahan Indah dan Shaleh disegerakan oleh Allah untuk menemukn titik singgungnya, terutama soal komunikasi yang jujur dan terbuka. Sehingga tujuan pernikahan yakni membiduk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dapat diwujudkan secara nyata.

Kisah ini bisa dijadikan pelajaran bagi siapapun, baik yang sudah atau belum menikah. Bagi yang sudah menikah, untuk segera muhasabah diri dalam ikhtiar menemukan jalinan komunikasi suami-istri yang jujur dan terbuka. Dan bagi yang belum menikah, bisa dijadikan bekal agar nanti jika sudah saatnya menikah, sudah punya fondasi kesiapan yang kokoh. Aamiin. :)

0 komentar:

Post a Comment